Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – 21st Century Fox mengadaptasi kisah hidup pebisnis bersejarah unik dan seru, Phineas Taylor Barnum ke dalam sebuah film biografi musikal, “The Greatest Showman.” Sosok penuh akal yang gak segan tunjukin kelicikannya itu ditampilin sebagai pria visioner yang penuh harapan.

Film yang merupakan salah satu project terakhir Fox sebelum dicaplok Disney itu tayang di Indonesia tiap midnight, sejak Sabtu (22/12). Selanjutnya baru akan meluncur serentak mulai tanggal 29 Desember mendatang.

Michael Gracey ditunjuk sebagai sutradara. Film yang tayang dua hari lebih cepat di AS itu merupakan proyek pertama doi sebagai sutradara. Konon kabarnya, project keduanya berupa film “Naruto” versi Hollywood.

Naskahnya digarap keroyokan sama Jenny Bicks “Rio 2” (2014) dan Bill Condon “Chicago” (2002). Keduanya bikin cerita berdasarkan setitik dari stok sejarah PT Barnum yang seru. Sementara itu, lagu-lagunya digarap sama anak-anak Atlantic Records dengan baik banget.

Dimulai dengan cepat

dok. Dok 21st Century Fox
(Dok. Dok 21st Century Fox)

Seolah mau bikin tendangan dari detik pertama, film ini dibuka dengan adegan musikal. Suara, tarian, dan efek sinematografi penuh gemerlap. Penampilan yang dibawain Barnum dewasa (Hugh Jackman) itu ternyata angan-angan Barnum kecil (Ellis Rubin), si anak penjahit yang hidup susah.

Adegan musikal dengan perpindahan kamera yang menyita napas itu terus berlangsung hingga akhirnya Barnum kecil ketemu Charity kecil (Skylar Dunn), si anak orang kaya.

Musik tanpa banyak jeda terus berlangsung selama 15 menit dan selama itu pula penonton dijejali kisah cinta hingga akhirnya Barnum melamar Charity dewasa (Michelle Williams).

Dok 21st Century Fox
(Dok 21st Century Fox)

Laju ceritanya cuma melambat, ngasih kesempatan mencerna adegan-adegan sebelumnya, selama beberapa detik. Itu ketika Barnum dewasa dipecat dari kantor kapal pelayaran.

Setelah itu, perjalanan Barnum mendirikan bisnis sirkus, pertemuannya dengan Phillip Carlyle (Zac Efron) sang partner setia, dan perluas bisnisnya diceritain lewat adegan-adegan musikal yang eye and ear-catching.

Salut buat soundtracknya

Dok 21st Century Fox
(Dok 21st Century Fox)

Soundtracknya keren. Beneran. Salut banget buat komposer musiknya. Liriknya sih standar lagu pop balada Bahasa Inggris yang biasa kamu denger di radio, deh. Tapi, aransemen musiknya itu loh. Nyangkut di kepala banget.

Lebih serunya lagi, tiap nomor punya nuansa yang serupa-tapi-gak-sama. Sehingga, lagu di awal bisa dinyanyiin lagi di antara lagu kesekian tanpa sama sekali ngerusak jalan cerita dan mood yang lagi dibangun.

Penikmat musik pop dengan sentuhan folk, jazz, soul, dan sedikit klasik pasti suka. Terlalu menghayati adegan musikalnya pun bisa bikin kamu mendadak pengen nari-nari sama pacar kamu.

Akting yang sangat karismatik

Dok 21st Century Fox
(Dok 21st Century Fox)

Hugh Jackman dan Zac Efron patut diacungin jempol karena karisma yang menguar-nguar sepanjang film. Apalagi, waktu pemeran Barnum dan Carlyle itu duet di sebuah bar dengan tarian kompleks yang memerlukan si pelayan geser-geser gelas bertepatan sama gerakan kaki dua cowok itu.

Adegan duet musikal Carlyle dengan seorang jagoan atraksi rekstok gantung, Anne Wheeler (Zendaya) juga keren banget. Lain dari penampilannya sebagai tomboy cuek menyebalkan di “Spiderman Homecoming” (2017), Zendaya di sini tampil anggun banget.

Tapi, itu semua bukan Barnum

via howstuffworks.com
Ini baru PT Barnum. (Sumber: howstuffworks.com)

PT Barnum yang dikenal melalui berbagai penelitian sejarah bisnis, sejarah sosial, dan sejarah nasional Amerika merupakan pribadi yang kompleks. Dia lahir dari keluarga melarat, tanpa punya banyak modal, tapi bisa bikin banyak perusahaan besar ngalahin orang-orang kaya.

Pada satu babak dalam hidupnya, PT Barnum juga terlibat dalam dunia politik. Dia juga merintis dan besarin Koran Mingguan The Herald of Freedom. Terus, sempet punya masalah hukum karena media doi mengeritik Gereja.

Sayang, semua itu gak diceritain. Film ini fokus pada Barnum sebagai perintis usaha sirkus. Tapi, siasat, keberanian dia berbuat licik, dan kecerdikannya mengeksploitasi bakat orang lain di dunia “showbiz” gak terceritakan dengan detil.

Masih ada pertanyaan

Dok 21st Century Fox
(Dok 21st Century Fox)

Gini, ya. Sepanjang kariernya sebagai pengusaha sirkus, PT Barnum dikritik habis-habisan. Bahkan, sering didemo warga. Namun, film sepanjang ini sama sekali gak bilang alasan sirkus merupakan hiburan menjijikkan.

Kecuali, kalimat yang selalu menekankan, “Sirkus adalah hiburan kelas bawah, sementara opera hiburan kelas atas.” Tapi, kenapa? Kenapa sirkus jadi hiburan menjijikkan kalo acara itu selalu menghadirkan senyum dan gelak tawa?

Emang gampang bikin orang tertawa sekaligus terpukau di waktu bersamaan!? Apa sebab sirkus dipandang sebelah mata? Apa filosofinya? Wawlahualam. Cuma profesor sejarah sosial AS dan Tuhan yang tau karena film itu gak ngasih jawabannya.

Our Score

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.