Kamis, 25 April 2024
Kekinian

Rayain Hari Pendidikan Nasional, Microsoft Indonesia Dorong Guru Terapin Sistem Pembelajaran Abad 21

Sonja Delafosse, Senior Education Manager WW Education Microsoft Corporation, Betty Sekarsih Hadi Yani dan Endah Susanti, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul, Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang, serta Benny Kusuma, Education Lead Microsoft Indonesia di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Genmuda – Dalam rangka ngerayain Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari ini, Senin (2/5), Microsoft Indonesia baru aja ngundang tiga guru inovatif dari berbagai daerah di Indonesia nih, Kawan Muda. Ketiga guru itu pun hadir buat berbagi pengalaman dalam nerapin sistem pembelajaran abad 21.

Siap engga siap, saat ini babak baru pendidikan Indonesia udah dimulai. Hal tersebut ditandai dengan sebuah sistem pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan murid dalam hal komunikasi, kolaborasi, komputasi, serta pola pikir kritis dan kreatif, yang dapat dicapai dengan adanya dukungan dari segi teknologi.

Namun demikian, sistem pendidikan yang demikian tentu jadi tantangan tersendiri bagi para guru sebagai digital immigrants buat memenuhi ketertarikan maupun kebutuhan para siswa yang mayoritasnya merupakan digital natives. Data yang ada bahkan nunjukin kalau persentase penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan di Tanah Air masih berada di kisaran 20%.

Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang serta Endah Susanti dan Betty Sekarsih Hadi Yani, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)
Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang serta Endah Susanti dan Betty Sekarsih Hadi Yani, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul di acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Untungnya, sejalan dengan ajaran Ki Hajar Dewantara yang berbunyi “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”, banyak guru di Indonesia kini udah mulai berupaya buat ngejawab tantangan sistem pembelajaran abad 21. Contohnya adalah tiga guru yang udah diundang oleh Microsoft, yaitu Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang serta Endah Susanti dan Betty Sekarsih Hadi Yani, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul.

FYI, Pak Eko udah nerapin kelas virtual yang hemat biaya dan tenaga dengan bantuan teknologi konferensi video Skype. Cuma bermodal smartphone atau laptop, beliau antara lain udah pernah ngajar langsung dari Candi Borobudur dan Budapest, Hungaria.

Dengan durasi sekitar 1 sampai 2 jam, siswa yang beliau ajar berasal beberapa sekolah sekaligus secara bersamaan (paling banyak 12 sekolah). Semua siswa itu pun benar-benar antusias, terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang mereka ajuin.

Mau tidak mau, guru sebagai pentransfer ilmu harus menguasai teknologi. Dengan teknologi, kita akan dapat mencapat tujuan pembelajafan abad 21. Tapi lebih dari itu, guru harus mempersiapkan siswa untuk masa yang akan datang. Dengan teknologi, kita bisa berkolaborasi,” kata Pak Eko dalam acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5).

Simulasi kelas virtual Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)
Simulasi kelas virtual Eko Purwanto, Guru SDN Wonokerto Magelang di acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Yang lebih menariknya lagi, kelas virtual yang diajar langsung oleh Pak Eko ternyata memang terjadi atas inisiatif para guru yang ingin ngelaksanain kelas tersebut. Berbekal ilmu yang didapat dari Microsoft, beliau akhirnya ngebagiin ilmunya itu kepada para guru yang pengen ikutan kelas virtual.

Saya juga menularkan semangat bagaimana menerapkan teknologi dalam pembelajaran. Hampir 1000 guru di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang sudah saya bagi semangatnya. Saya lebih kepada bagaimana saya bisa bermanfaat membagikan ilmu yang saya dapat dari Microsoft,” jelas Pak Eko.

Lantas, apa sih kendala yang dialami Pak Eko selama ngajar di kelas virtual? “Untuk kendala teknis pasti ada. Ketika kita datang ke suatu tempat untuk jadikan kelas virtual, jaringan internet juga mempengaruhi. Namun, selama ini tetap bisa berjalan, belum pernah ada yang tidak jadi,” ungkapnya kepada Genmuda.com. “Persiapan untuk jadi guru virtual memang harus lebih mantap dan lebih sempurna karena pertanyaannya pasti akan banyak sekali,” tambahnya.

Endah Susanti dan Betty Sekarsih Hadi Yani, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)
Endah Susanti dan Betty Sekarsih Hadi Yani, Guru SMAN 2 Playen Gunung Kidul di acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Nah, beralih ke Ibu Endah, beliau ngungkapin kalau sekolahnya saat ini udah mulai nerapin sistem e-rapport. Dengan adanya e-rapport, beliau maupun guru-guru lain di sekolahnya otomatis udah bisa masukin dan ngolah nilah engga cuma di sekolah, tapi di manapun dan kapanpun.

Masalah kami yang utama sebelumnya itu kami mengolah nilai rapot hanya menggunakan jaringan di sekolah. Kami memiliki hampir 58 guru, sedangkan komputernya tidak memenuhi jumlah mereka. Ketika deadline nilai, guru alasannya mengantri. Dengan adanya e-rapport, tidak ada alasan yang seperti itu lagi,” beber Ibu Endah.

Sebaliknya, Ibu Betty yang juga berasal dari sekolah yang sama dengan Ibu Endah justru punya sebuah pengalaman lain di samping penggunaan e-rapport. Sebagai guru bahasa Inggris, dirinya ngerasa sangat terbantu dengan adanya Office 365, yang udah tersedia di sekolah mereka selama satu tahun terakhir ini. Secara khusus, beliau udah manfaatin OneNote Class Notebook dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Benny Kusuma, Education Lead Microsoft Indonesia di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)
Benny Kusuma, Education Lead Microsoft Indonesia di acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Sementara itu, pihak Microsoft sendiri sebenarnya punya program Microsoft Innovative Expert Educators (MIEE). Program tersebut ngasih kesempatan bagi para pengajar terpilih dari seluruh dunia buat jadi duta dan berbagi pengetahuan ke sesama pengajar tentang pemanfaatan teknologi dan proses belajar mengajar. Microsoft bahkan punya Microsoft Educator Community, yang jadi wadah bagi para guru buat saling berbagi dan berkolaborasi dalam ningkatin metode belajar mengajar berbasis digital.

“Microsoft sangat berkomitmen terhadap pendidikan. Selama lima tahun terakhir, kami sudah melakukan banyak pelatihan guru untuk memanfaatkan teknologi, [khususnya] dalam berkolaborasi dan menemukan inovasi baru,” ujar Benny Kusuma, Education Lead Microsoft Indonesia.

Sonja Delafosse, Senior Education Manager WW Education Microsoft Corporation di acara 'Guru Inovatif, Guru Inspiratif', di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)
Sonja Delafosse, Senior Education Manager WW Education Microsoft Corporation di acara ‘Guru Inovatif, Guru Inspiratif’, di kantor Microsoft Indonesia, Senin (2/5) (Foto: Genmuda.com/2016 Gabby)

Engga ketinggalan, Sonja Delafosse, Senior Education Manager WW Education Microsoft Corporation, nambahin pula kalau yang terpenting adalah ngebantu para guru buat nemuin tools yang bisa mereka gunain di situasi yang tepat. Senada dengan hal itu, Ibu Betty pun punya satu pernyataan lain, yang semoga bisa jadi inspirasi bagi para guru lain di luar sana.

Asal kita mau itu pasti bisa. Teknologi memang tidak bisa menggantikan guru, tapi guru harus beriringan dengan teknologi,” tandas Ibu Betty.

(sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer