Kamis, 25 April 2024
Kekinian

Pro-Kontra Dibangunnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Pengunjung mengamati miniatur kereta cepat dalam Pameran Kereta Cepat Dari Tiongkok di Jakarta, Kamis (13/8). Pemerintah Indonesia merencanakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan Pamerintah Tiongkok merupakan salah satu pihak yang menawarkan kerjasama dalam pembangunan kereta cepat tersebut. (foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/nz/15)

Genmuda – ‘High Speed Railway Project’. Kawan Muda pernah dengar kah dengan nama proyek ini? Saat ini selain MRT di Jakarta, pemerintah pusat tengah membangun infrastruktur untuk menghubungkan kota Bandung dan Jakarta. Infrastruktur yang dibangun adalah berupa kereta cepat macam shinkansen di Jepang sana. Hebatnya kereta ini bisa mempersingkat perjalanan dari Jakarta ke Bandung hanya dalam waktu kurang lebih 40 menit saja.

Namun di balik pembangunan kereta yang sepertinya menjanjikan ini, ada beberapa suara yang kontra Kawan Muda. Lebih lanjutnya yuk kita kupas pro-kontranya (kalo) kereta cepat benar-benar direalisasikan.

  1. Menumbuhkan perekonomian

Dari Jakarta ke Bandung, melewati banyak kota dan mempercepat laju pertumbuhan kota. Ketua Badan Perizinan dan Penanaman Modal, Dadang M. Maosem mengatakan bahwa sebagian besar jalur kereta melintas di Provinisi Jawa Barat dan nantinya akan ada “kota baru” yang disiapkan salah satunya yaitu Walini yang terletak di Kecamatan Cikalong Wetan. Jadi dengan adanya kereta cepat akan banyak kota tumbuh

  1. Mengurangi kepadatan penduduk

Deputi Menteri Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Lucky Eko Wuryanto mengatakan bahwa alasan pertama dibangunnya kereta cepat untuk mengurai kepadatan penduduk di Jakarta. Contohnya, pebisnis bisa tinggal di Bandung atau Cirebon dan apabila rapat bisa langsung ke Jakarta dengan waktu yang singkat.

  1. Ramah lingkungan

Kereta cepat ini tidak menggunakan bahan bakar minyak namun dengan listrik yang ramah lingkungan. Dengan kata lain hal ini tidak memerlukan pembiayaan BBM bersubsidi.

  1. Meretas jarak LDR

Kayaknya lagu The Upstairs yang judulnya Matraman udah gak valid lagi nih buat didengungkan. Bayangin aja buat kamu yang LDR-an sama pacar di Kota Kembang bisa ketemuan dalam waktu 40 menit pakai kereta cepat. Mungkin malah lamaan nungguin pacar kamu dandan dibanding jarak tempuh ke kostannya. He-he.

  1. Ajang Selfie

Ya tau sendiri lah  ya para Instagramers pasti bakal jadiin kereta cepat ini ajang buat foto-foto. Entah itu di stasiun atau di kereta. Tapi dengan begitu kan medsos jadi ramai dan bikin orang tertarik nyoba naik kereta cepat. Siapa tau juga jadi ajang peningkatan kunjungan kepariwisataan buat kedua kota tersebut.

 

Nah, meski keliatannya keren dan banyak manfaatnya, engga sedikit juga kelompok masyarakat yang menolak rencana pembangunan akses kereta cepat di Indonesia. Berikut beberapa poinnya:

  1. Bukan hal mendesak

Menurut Ketua YLKI, Tulus Abdi, pembuatan infrastruktur kereta cepat bukanlah hal yang mendesak dan tidak ada urgensinya. Menurutnya lebih baik merevitalisasi transportasi nasional lainnya.

  1. Seharusnya dibangun di Sumatra

Seharusnya kereta cepat dibangun di daerah Sumatra agar komoditi perdagangan yang berada di daerah-daerah Sumatra menjadi lebih cepat sampai. Beberapa suara kecemburuan pun muncul dari warga-warga yang tinggal di luar pulau Jawa. Karena INDONESIA engga cuma pulau JAWA doang ya gaes!

  1. Citra diri

Biasanya, negara yang membangun kereta cepat adalah negara yang sudah beralih dari negara pertanian menuju negara yang menawarkan layanan jasa. Saat ini hanya negara-negara maju macam Perancis, Cina, Korea, dan Jepang yang berinvestasi di bidang ini. Terkesan ini hanya menjadi citra diri negara saja namun tidak memikirkan dampak negatifnya. Jadi baiknya sih engga usah terlalu gelap mata ya.

  1. Timpangnya alokasi sumber daya

Seperti diketahui untuk mengirimkan komoditi cokelat dari Papua ke Sulawesi aja memakan biaya yang besar, oleh karena itu harga komoditi cokelat menjadi lebih mahal dibanding negara Afrika seperti Pantai Gading. Hematnya pemerintah bisa fokus ke hal-hal seperti ini dulu aja.

  1. Konektivitas ke Stasiun

Dipikir-pikir emang lebih cepat menggunakan akses kereta api, tapi karena jalanan di Jakarta macet, dari rumah ke Gambir (stasiun untuk kereta cepat) bisa memakan waktu yang lebih lama bisa sampai 1-2 jam. Yang harus dipikirin juga adalah gimana konektivitas di dalam kota Jakarta bisa lancar, secara kota metropolitan ini jadi Ibu Kota negara Indonesia.

Kalo ngelihat rekapan di atas, kira-kira Kawan Muda masuk yang pro atau kontra nih? Kalau misalkan ada pendapat lainnya langsung kasih komentar di bawah ini ya! (sds)

Comments

comments

Wisnu
An average joe lives in the value of curiosity/orang biasa tukang kepo.