Sabtu, 20 April 2024

Genmuda – Jumlah video cover lagu “Akad” yang aslinya merupakan karya Payung Teduh mulai berkurang. Menurunnya keviralan video cover itu akibat Mohammad Istiqamah Djamad (Is), vokalis Payung Teduh mengutarakan keresahannya di medsos.

Dalam video id IG @pusakata, 26 September lalu, Is menyayangkan banyak pihak yang ngambil keuntungan sepihak atas lagu viral tersebut. Is bilang, ada sejumlah musisi cover yang ngerekam, ngejual, dan nampilin lagu “Akad” pada publik tanpa seizin Payung Teduh.

“Mohon maaf, kami harus bersikap,” kata Is. Berdasarkan video susulan, doi ngelurusin maksudnya. “Saya tidak pernah melarang cover (lagu “Akad”). Semua band besar dunia pun pernah meng-cover lagu seseorang. Tapi, ketika lagu itu dijual, harus berizin. Kalau tidak, ya ilegal namanya,” terang Is.

Paham banget sama keterangan Is yang terunggah di video ini, ini, ini, dan ini. Selain berurusan sama hukum, musisi cover juga harus menelan pil pahit efek negatif kebanyakan mainin lagu orang lain. Pahit, tapi tetep banyak yang suka. Plus-minusnya liat di bawah ini biar makin paham.

1. Cepet tenar v tenar terus

via buzzfeed.com
Michael and Carissa, duet bernama Us the Duo yang tenar karena sering coverin lagu di YouTube. (Sumber: buzzfeed.com)

(+) Banyak yang nonton videonya

Meng-cover lagu viral ngedorong popularitas nambah sama cepatnya dengan keviralan itu. Popularitas itu bisa jadi melejit lebih cepat daripada musisi aslinya, terutama setelah diundang nampil di televisi.

(-) Cuma “one hit wonder”

Namun, sayang. Apapun yang cepet naik biasanya bakal “meletus” lalu hilang begitu aja. Efek “one hit wonder” namanya. Lain dari pencipta musik aslinya yang relatif lebih dikenal sampai doi bikin lagu-lagu selanjutnya.

2. Banyak karya v banyak ilmu

via YouTube.com
Boyce Avenue, musisi cover yang selalu bawain lagu-lagu hits musisi lain. (Sumber: YouTube.com)

(+) Karya kamu banyak

Karya musisi cover bisa banyak. Segudang, mungkin. Tiap minggu mencover lagu pun bisa aja. Kalo covernya sampe mengubah aransemen dan sebagian lirik, waktu pengerjaan agak lebih lama. Namun, tetep aja relatif lebih cepet daripada bikin lagu baru.

(-) Ilmu kamu terbilang stagnan

Sebanyak apapun ngegarap karya orang lain, musikalitas hanya sebatas musisi cover yang gak ngerasain ribetnya bikin lirik, musik, dan sesi rekaman dari nol. Selain itu, musisi bukan cover kan tetep harus mengaransemen ulang lagu doi dan mungkin mengcover lagu orang lain demi penampilan live.

3. Kuantitas job v kualitas job

via YouTube
Pentatonix, grup akapella yang rajin mengcover lagu-lagu enak sepanjang masa. (Sumber: YouTube)

(+) Dipanggil ke cafe-cafe

Musisi cover yang emang beneran niat mengcover hingga ratusan bahkan ribuan lagu, yang kalo ngulik lagu tuh cuma beberapa menit doang, yang kalo mengaransemen ulang lagu orang tuh kayak lagi napas aja, sangat dibutuhin sebagai band pengisi cafe atau band kawinan.

Jobnya banyak. Kalo bikin cover aja jarang dan aransemennya gitu-gitu doang, ya jadi artis medsos aja.

(-) Susah bikin konser tunggal

Di sisi lain, job musisi bukan cover mungkin gak sebanyak tukang cover. Tapi, mereka punya ciri khas tersendiri yang bikin bayaran penampilannya mahal dan bisa minta ini-itu pada panitia acara. Penonton setianya pun banyak dan pada setia.

4. Keuntungan v etika

via YouTube
The Piano Guys, musisi jago banget yang terkenal sebagai jagonya cover dan aransemen ulang lagu orang. (Sumber: YouTube)

(+) Untungnya banyak juga

Musisi cover yang emang jago banget selalu pinter milih lagu yang berpotensi viral, lalu menguploadnya saat popularitas lagu itu lagi tinggi-tingginya. Job cafe pun terbilang banyak.

(-) Tapi, mencederai musisi lain

Tapi, ketenaran berdasarkan lagu cover harus dibayar sama berbagai upaya terkait izin memainkan lagu. Bagaimanapun juga, seni musik kan menyangkut hak kekayaan intelektual yang gak bisa seenaknya dilanggar.

5. Online v offline

via YouTube
Malukah, penyanyi cover lagu-lagu game “TES V: Skyrim” yang akhirnya direkrut ngegarap soundtrack “Skyrim Online.” (Sumber: YouTube)

(+) Tampil online

Gak bisa dipungkiri lagi kalo musisi cover tenar berkat internet. Panggilan nampil di televisi pun dateng berkat popularitas online mereka.

(-) Bisakah tampil offline?

Tapi, bisakah seorang musisi cover yang kebanyakan nampil di depan kamera mampu mengelola gejolak emosi yang muncul saat berhadapan dengan kerumunan penonton konser atau festival? Belum tentu.

Genmuda.com gak bilang kalo musikalitas musisi cover tuh lebih rendah dari musisi yang bawain lagu sendiri loh, ya. Cuma, dua ranah itu berbeda. Musisi cover ya tenar sebagai musisi cover. Musisi bukan cover ya dikenal apa adanya.

Itu sih lima plus-minus mengcover lagu orang menurut Genmuda.com. Menurut kamu gimana? Tulis yuk pendapat kamu di bawah ini biar yang lainnya bisa sama-sama tau. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.