Kamis, 25 April 2024

Genmuda – Brand olahraga asal Amerika Serikat, Nike mengeluarkan koleksi Hijab demi mendukung aktivitas para wanita muslim. Koleksi ini dinamai “Nike Pro Hijab.” Koleksi terbaru Nike ini akan membantu kamu yang berhijab supaya lebih praktis saat berolahraga.

Dari informasi yang Genmuda.com peroleh bahan yang digunakan terbilang cukup nyaman yaitu Polyester ringan yang mampu menyerap keringat sekaligus memberikan sirkulasi udara yang baik saat berkeringat. Produk ini hadir dengan warna netral, hitam dan keabu-abuan.

Akan tetapi Kawan Muda harus nunggu agak lama, soalnya Nike baru merilis sampai musing semi 2018 (masih setahun gaes!). Sayangnya kesadaran Nike ini ternyata engga diikutin sama peratauran FIBA (Federasi Basket Internasional) yang masih belum mengizinkan perempuan berhijab pada kompetisi Basket Internasional.

Aturan resmi FIBA pasal 4.4.2 menyatakan bahwa pemain tidak boleh memakai perangkat/benda yang dapat menyebabkan cedera pada pemain lain. Seperti penutup kepala atau aksesoris rambut di pertandingan. Sedangkan ikat kepala (headband), lebarnya tidak boleh lebih dari lima sentimer.

Peraturan FIBA ini berlaku di liga atau turnamen agenda FIBA, misalnya Olimpiade, Piala Dunia FIBA, AfroBasker, EuroBasket, FIBA Americas dan agenda resmi FIBA lainnya. Hal inilah yang menyebabkan kamu engga bisa melihat tim-tim negara muslim berkompetisi di cabang bola basket putri. Sayang banget kan. Karena peraturan ini pula banyak atlet basket hijab yang harus merelakan absen memperkuat timnya.

Je’Nan Hayes duduk di bangku cadangan selama 4 Quarter

Via Google
(Sumber: seventeen.com)

Cewek yang berasal dari Watkins SHS, Maryland harus rela duduk di bangku cadangan selama 4 quarter, padahal ini adalah petandingan final. Dikutip dari The Washington Post, atlet muda tersebut udah main selama 24 pertandingan dan engga ada masalah apapun.

Sang pelatih Donita Adams, mencoba menutupi aturan (larangan pemain berhijab) tersebut. Doi terus ada di bangku cadangan, sampai engga ada pemain lagi. Sampai tim lawan menang, Donita barulah bicara kabar tersebut kepada media, dan akhirnya Je’Nan mulai menangis.

”Saya merasa didiskriminasi dan saya tidak merasa baik sama sekali,” kata Je’Nan kepada surat kabar tersebut.

“Jika (aturan) itu adalah beberapa alasan seperti kaos saya tidak warna yang tepat atau apa pun, maka saya akan menerimanya. Tetapi karena agama saya membawanya ke tingkat yang berbeda secara keseluruhan, saya hanya merasa bahwa itu tidak benar sama sekali. ” tutup sang atlet sambil menangis.

Dirasain juga sama atlet asal Indonesia

Via Google
(Sumber: Istimewa)

Raisa Aribatul Hamidah harus rela dicoret dua kali dari Timnas Basket Indonesia karena engga mau melepas hijabnya. Padahal doi udah ada bermain basket sejak kecil dan udah bergabung di Surabaya Fever sebagai Shooting Guard. FYI, untuk liga nasional di Indonesia masih diperbolehkan menggunakan hijab, namun pakaian dalam dan hijabnya harus selaras dengan kostum timnya.

Merasa aturan FIBA merugikan, doi dan cewek-cewek muslim lainnya sempat melakukan petisi sejak 16 Juli 2016 sudah ditandatangangi lebih dari 150.000 orang di situs change.org. Berikut isi petisinya:

“Saya Raisa Aribatul Hamidah (26 tahun), pemain basket Profesional di Indonesia. Saya mulai bermain basket pada usia 14 tahun, di Club Sahabat Ponorogo. Kecintaanku pada bolabasket, membuahkan prestasi di ajang olahraga tertinggi Indonesia (PON) sebanyak 2 kali, memberiku kesempatan untuk tampil di Liga Profesional (WNBL dan WIBL), dan mendapatkan beasiswa sekolah S2 di Universitas Airlangga Surabaya. Saya memakai jilbab sejak kecil, termasuk dalam menekuni hobi saya, jersey basketku harus dibuat sedemikian rupa, sehingga menutupi semua aurat dan memakai hijab.

Tidaklah mudah untuk mempertahankan hijab sampai saat ini, meskipun di Indonesia adalah mayoritas muslim. Adalah saya (mungkin), perempuan pertama yang memakai jilbab saat bermain basket. Termasuk saat mengikuti kejuaraan basket daerah jawa Timur untuk pertama kalinya (2005) di Surabaya. Sejak saat itu, setiap akan memulai pertandingan, timku selalu mendapatkan Technical Foul karena kostumku yang tidak wajar, tidak seragam dan dinilai tidak sesuai dengan peraturan.

Tahun 2008 setelah dipanggil untuk memperkuat TimNas Indonesia Muda, namaku ditarik kembali dari daftar pemain dikarenakan saya tetap ingin berjilbab saat pertandingan. Tahun 2015, kasus serupa juga kembali terulang. Saya harus mengalami rintangan yang luar biasa untuk mengejar impian saya bermain basket di tingkat Internasional. Saya membuat permohonan ini kepada FIBA agar menghapus larangan tutup kepala (hijab) selama pertandingan.

Peraturan Tiga – Pasal 4 tentang Tim, Poin 4.4 tentang Perlengkapan Lainnya, tertulis: “4.4.2.   Pemain tidak boleh memakai perlengkapan (benda-benda) yang dapat menyebabkan pemain lain cedera. Antara lain: tutup kepala, asesoris rambut dan perhiasan”.

FIBA mengatakan bahwa aturan ini untuk alasan keamanan pemain, tapi dimana bukti klaim ini? Di cabang olahraga sepakbola, pada tahun 2012 FIFA memberikan tenggat waktu sebagai masa uji coba dan mereview kembali aturan tersebut. Dari masa uji coba tersebut, tidak didapatkan bukti yang kuat bahwa penutup kepala dapat membuat cedera pemain, sehingga FIFA benar-benar menghapus larangan tutup kepala selama pertandingan. Mengapa FIBA tidak mengikuti jejak FIFA disini? FIBA masih membutuhkan waktu dua tahun sebagai masa uji coba sebelum pencabutan tersebut berlaku penuh, terhitung dari September 2014.

Saya telah melihat bagaimana dunia olahraga dengan profesional mengatasi berbagai permasalahan, akan tetapi mengapa FIBA tetap tidak mengambil tindakan cepat dalam hal ini? Jika saya tidak diijinkan memakai jilbab, mengapa beberapa pemain diperbolehkan untuk menampilkan tato agama mereka tanpa perbedaan dan tanpa masalah?? Ada banyak pemain berbakat di seluruh dunia yang diperlakukan tidak adil, ditolak haknya untuk bermain di kompetisi FIBA. Karena memakai hijab, turban atau yarmulke, beberapa juga ditolak di tempat kerja.

Teman saya Bilqis Abdul Qaadir, pemain basket wanita pertama yang memakai jilbab dalam sejarah NCAA. Dia pemain yang luar biasa, tetapi tidak pernah bermain basket di luar negeri karena aturan ini, begitu pula dengan Indira Kaljo. Wasit FIBA wanita pertama yang memakai jilbab dari Indonesia, Yuli Wulandari, diragukan bisa tambil untuk memimpin pertandingan di SEABA tahun 2016 ini karena memutuskan memakai jilbab.

Saya meminta anda untuk menandatangani petisi hari ini untuk menuntut FIBA merubah aturan larangan memakai penutup kepala. Tanda tangan anda akan sangat membantu kami, Insya Allah FIBA akan mengubah aturan sehingga semua pemain di seluruh dunia akan diberikan kesempatan yang sama untuk bermain basket profesional di luar negeri dan untuk mewakili negara mereka di kompetisi Internasional!!”

Sayangnya, sampai berita ini diturunkan engga ada tanda-tanda kalo FIBA bakal mengahapus atau mengubah peraturan tersebut. Kita doain aja semoga rilisnya Nike Pro Hijab bisa membuka mata kalo menggunakan hijab itu engga bahaya dalam bermain basket. (sds)

Comments

comments

Al Fanny Panestika
Wannables, penyuka ice cream dan colak colek Nutela