Lingkungannya Penuh Polusi, Ini 10 Kota Paling Beracun di Dunia
(Sumber: theaseanpost.com)
Genmuda – Keinginan yang gak pernah bisa dibendung pada akhirnya mendorong berbagai industri tingkatin produksi. Efek sampingnya, lingkungan sekitar yang harus menerima beban.
Pembalakan hutan, limbah, dan sampah ada di mana-mana. Kalo kata Efek Rumah Kaca, “Aku bisa diracun di udara.” Kenyataannya, polusi bikin racun juga ada di darat dan lautan.
Kota-kota di bawah ini pun akhirnya menderita karena masuk kategori kota paling beracun di dunia.
1. Chernobyl, Ukraina
Kebocoran pusat nuklir di Chernobyl, Ukraina 1986 mengakibatkan lebih dari 4.000 kasus kanker pada warga sekitar. Zat radioaktif dari kebocoran itu masih aja tersisa sampai sekarang. Sebanyak 15 ribu orang pernah tinggal di sana. Sekarang, kota itu hanyalah kota hantu.
2. Agbogbloshie, Ghana
Bukan maksud menghina, tapi Agbogbloshire dijuluki sebagai kota sampah beracun. Soalnya, di tanah dan sungai kota itu berserakan tumpukan barang elektronik gak terpakai. Malah, sejumlah oknum sengaja dibayar untuk membuang sampah elektronik ke sana.
Warga sekitar gak bisa berbuat banyak kecuali memulung unsur logam — terutama timah untuk dijual lagi. Cedera luka bakar, sakit mata, gangguan pernapasan, pusing, anoreksia, hingga kanker adalah hal lumrah bagi warga usia sekitar 20 tahun yang tinggal di sekeliling area limbah itu.
3. Dzerzhinsk, Rusia
Jumlah orang yang terpengaruh polusi Dzerzhinks: 300 ribu orang yang angka kemungkinan hidupnya gak sampai 50 tahun. Tipe zat yang meracuni mereka: Gas buang dari industri kimia beracun, termasuk sarin dan gas VX, dua gas yang berpotensi melumpuhkan. Sumber polusi: Pabrik senjata peninggalan era Perang Dingin.
4. Hazaribagh, Bangladesh
Sebanyak 95 persen pabrik pengolahan kulit Bangladesh berlokasi di Hazaribagh. Teknik kuno masih dipakai pabrik itu. Tiap hari, sekitar 22 ribu liter limbah beracun dari zat kimia Hexavalent chromium dibuang ke sungai-sungai di sekitar.
Selain itu, sisa-sisa produksi yang dibakar secara terbuka bikin polusi udara. Kasus penyakit kulit, sakit pernapasan, pusing, dan mual-mual meningkat drastis di kalangan warga sekitar.
5. Kabwe, Zamibia
Industri timbal di Kawbe melepaskan sisa-sisa produksi berupa limbah berat ke udara yang kemudian menumpuk di tanah. Anak-anak yang hobinya main di tanah sekitar Kawbe berpotensi kena racun akibat timbunan timbal dalam tubuhnya.
6. Area sekitar Sungai Matanza-Riachuelo, Argentina
Diperkirakan, 15 ribu industri membuang limbah ke Sungai Matanza-Riachuelo. Beberapa area bantaran sungai pada akhirnya beralih fungsi jadi tempat pembuangan sampah, mengakibatkan 20 ribu orang tinggal di tempat gak layak.
7. Delta Sungai Niger
Tumpahan minyak dari Pertambangan Minyak Shell, pertambangan nasional Nigeria, dan beberapa pertambangan kecil lainnya mengendap di timbunan tanah muara (delta) Sungai Niger, Nigeria. Pencemaran itu bikin tanah gak layak tanam dan ikan di sungai sulit hidup.
8. Norilsk, Rusia
Sungai di Kota Norilsk, Rusia berubah merah karena “ketumpahan” limbah pabrik Norilsk Nickel. Hasil produksi pabrik itu adalah limbah berbahaya macam palladium, platina, nikel, dan timah untuk kebutuhan elektronik.
Industri Norilsk Nickel pun menyumbang 1.883.000 ton polusi udara sepanjang 2015. Zat sulfur dioksida dari pabrik itu berbahaya bagi pernapasan hewan, tumbuhan, dan manusia.
9. Koetzebue, Amerika Serikat
Terletak di area Alaska, Kotzebue adalah kota paling berpolusi di Amerika Serikat. Pada kota itu, terdapat Tambang Red Dog, pabrik penghasil seng andalan AS. Kegiatan pertambangan di kota itu hasilkan 343 juta kilogram zat beracun ke udara sepanjang 2016.
10. Kota-kota yang dilalui Sungai Citarum, Jawa Barat
Sungai kebanggaan Jawa Barat yang membentang 290 kilometer melintasi beberapa kabupaten – kota di Jawa Barat dapat predikat buruk sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.
Data alternet.org bilang, sungai yang bersentuhan sama 9 juta penduduk itu mengandung 1.000 kali lebih banyak timbal dari air standar di AS yang bisa diminum. Sungai itu kemudian dibersihkan setelah difilmkan oleh warga Prancis yang lama tinggal di Bali. (sds)
