Selasa, 16 April 2024

Genmuda – Dunia hiburan, terutama panggung musik selalu punya daya pikat yang bikin publik menoleh dan membuat generasi muda bercita-cita berada di tengah panggung dalam sorotan lampu juga kamera. Ketenaran, banyak uang, dan kehidupan glamor selalu jadi kata kuncinya.

Nyatanya, kehidupan dunia musik sama keras dan ‘ilmiahnya’ dengan dunia formal yang dihadapi sehari-hari. Kamu yang pengen jadi musisi perlu nonton 10 film dokumenter di bawah ini supaya bisa mempersiapkan diri dan terinspirasi dengan sepak terjang artis-artis yang dikisahkan fakta-fakta di balik kameranya.

1. Sound City (2013, oleh Dave Grohl)

(Sumber: eastsidecamerala.com)

Film dokumenter tahun 2013 ini mengisahkan perjalanan studio rekaman Sound City menorehkan karya dan bersaing dengan studio rekaman yang lebih besar dan kemajuan teknologi di dunia musik. Bertempat di daerah ‘back alley’ di Hollywood, studio rekaman ini masih mempertahankan teknologi rekaman 1970-an sebagai jantungnya meski juga menggunakan alat rekam digital.

Uniknya, studio rekaman ini justru mencetak ratusan Platinum Records dari band Rock papan atas layaknya Nirvana, Red Hot Chili Peppers, bahkan Metallica. Film dokumenter yang disutradarai Dave Grohl ini nunjukin kalo kualitas bermusik jauh lebih penting daripada gemilang uang dan teknologi.

2. Good Ol’ Freda (2013, oleh Ryan White)

Siapakah yang lagi dicium George Harrison di kiri dan foto bareng McCartney di kanan? Dialah Freda sang sekretaris. (Sumber: kienyke.com)

Ungkapan “Di balik lelaki hebat, ada perempuan yang jauh lebih hebat” cocok banget buat mendeskripsikan film ini. Freda merupakan sekertaris grup band The Beatles sejak awal empat pemuda Inggris itu bikin band. Doi lah yang mengurus rutinitas The Beatles, bahkan mengingatkan personilnya kalo ada surat penggemar yang belum terbalas.

Kalo dalam film Batman, mungkin Freda ini setara dengan sosok Alfred yang setia mendampingi sang jagoan. Meski John Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr, dan George Harrison yang disorot kamera, Freda lah yang mendampingi The Beatles hingga akhirnya jadi legenda di seluruh dunia.

3. Jimi Hendrix (1973, oleh Joe Boyd dan Gary Weis)

Jimi Hendrix foto membelakangi penonton before it was cool (Sumber: taringa.net)

Ketika Jimi Hendrix meninggal, banyak orang menyampaikan bela sungkawa dan membuat konser memorial. Namun, Joe Boyd dan Gary Weis merasa semua ‘eulogi’ yang dibuat belum cukup untuk mengenang dan menghargai warisan musik yang ditinggalkan pelantun ‘Purple Haze’ itu.

Di film dokumenter ini, kamu bakal ngeliat panggung-panggung megah Hendrix yang bisa ngejelasin kenapa si gitaris kidal itu patut jadi legenda dan perlu kamu kulik lagu-lagunya. Jangan ngaku anak rock deh kalo belum nonton ini.

4. Kurt Cobain: Montage of Heck (2015, oleh Brett Morgen)

Cobain yang serampangan di atas panggung punya jiwa yang cukup imut untuk melihara kucing. (Sumber: cobainfilm.com)

Dunia musik kenal sosok Curt Cobain sebagai seniman yang bikin musik seenaknya, masa bodo, dan engga tau aturan. Namun Brett Morgen berusaha menelisik proses kreatif yang dilakukan sang legenda buat menghasilkan karya yang relevan banget bahkan hingga sekarang.

Sang sutradara pun berhasil mendapat buku harian, gambar, rekaman suara, dan rekaman gambar sang legenda. Mau tau gimana cara Kurt Cobain mengubah kemelut masa remajanya menjadi sebuah musik legendaris? Nonton aja filmnya Morgen yang satu ini.

5. Some Kind of Monster (2004, Joe Berlinger dan Bruce Sinofsky)

Pengen nampilin suasana riil, Metallica gelar konser di sebuah penjara di Amerika buat dijadiin video klip. (Sumber: metallica.wikia.com)

Seperti lagu-lagu yang ditelurkannya, Metallica punya kehidupan sehari-hari yang tergolong keras. Pembuatan musiknya pun perlu melalui proses panjang, mulai dari sesi curhat yang panjang, debat hingga marah-marahan, sampai ditekan perusahaan rekaman dan manajer untuk segera membuat album.

Film buatan Joe Berlinger dan Bruce Sinofsky ini bakal ngejelasin kalo di tengah terjangan industrialisasi musik, idealisme masih punya ruang untuk dihargai. Proses pembuatan film yang dirasa ‘ngeselin’ ini pun akhirnya jadi inspirasi Metallica bikin album St. Anger tahun 2003.

6. The Filth and The Fury (2000, oleh Julien Temple)

(Sumber: Rolling Stone)

Punk sejatinya bukan pencipta keonaran, bukan juga soal fashion statement seseorang. Punk merupakan pola pikir yang mengharapkan keadilan juga kesetaraan. Terlahir dari ketidakadilan dan kesenjangan sosial di negaranya, band The Sex Pistols mulai menyuarakan pikiran-pikiran Punk dari tanah Britania hingga pelosok dunia.

Berupaya konsisten dengan paham anti kemapanannya, band ini pun sengaja berhenti sebelum ‘diindustrialisasikan’ dan menjadi sosok yang dimanfaatkan para kapitalisme buat menambah kekayaan di kantong pribadinya.

7. Rush: Beyond The Lighted Stage (2010, oleh Sam Dunn dan Scot McFadyen)

(Sumber: metalinjection.net)

Tapi, Idealisme layaknya Metallica dan Sex Pistols engga selamanya bisa bikin musisi berhasil. Band rock trio Rush misalnya, menyesuaikan karya-karya mereka dengan keadaan zaman. Semangat yang Geddy Lee, Neil Peart, dan Alex Lifeson bawa dalam lagu-lagunya pun berubah dari tahun ke tahun.

Sam Dunn dan Scot McFadyen dalam film ini berusaha nunjukin gimana cara Rush mempertahankan idealisme mereka sambil menyesuaikan diri dengan modernisasi dan perubahan selera musik ketika itu. Sangat recommended kalo kamu pengen bikin karya yang engga mainstream tapi tetep ngikutin selera pasar.

8. HYPE! (1996, oleh Doug Pray)

(Sumber: thelondongeneralpractice.com)

Film ini bakal bikin kamu sadar kalo artis-artis yang booming belum tentu original. Sementara artis yang originalnya cenderung tersingkir karena kalah pemasaran dan popularitas. Terima atau engga, itulah kenyataan yang disampaikan Doug Pray di film dokumenter Hype!

Sementara itu, artis-artis original pasti bakal dikenal sepanjang masa ketika popularitas artis yang mendadak booming mulai meredup karena kahabisan ide dan ‘contekan.’ Film ini berpesan supaya kamu tetap menghasilkan karya asli yang unik apapun yang terjadi. Karena, itu satu-satunya jalan untuk didengar di tengah hiruk-pikuk band baru dewasa ini.

9. The Decline of Western Civilization Part II: The Metal Years (1988, oleh Penelope Spheeris)

(Sumber: Istimewa)

Film ini bakal nunjukin bentrokan antara pola hidup materialistik para artis-artis rock Hollywood dengan tema-tema lagu mereka yang menyuarakan kesetaraan dan keadilan sosial. Film ini bakal mengungkap kebohongan-kebohongan yang disampaikan para rocker ‘wannabe’ yang tenar di dunia permusikan.

10. Woodstock (1970, oleh Michael Wadleigh)

(Sumber: woodstock.com)

Idealisme politik, semangat kebersamaan, dan musik asik selalu jadi pengalaman yang tergambar dalam konser-konser Woddstock era 1960an. Tapi, film karya Wadleigh bakal nunjukin juga kecemasan yang dirasakan seniman dan muda-mudi era itu. Serunya, kondisinya cukup relevan dengan suasana yang kamu rasakan sekarang.

Well, 10 film di atas bisa kamu jadiin inspirasi dan panduan buat berkarya di dunia musik. Intinya sih, semua sutradara dan produser film itu bilang kalo yang bisa ‘survive’ di dunia musik sepanjang tahun adalah mereka-mereka yang punya mental baja. Well, selamat streaming ya, gaes! (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.