Jum'at, 29 Maret 2024

Genmuda – Startups sebagai perusahaan rintisan punya makna lebih khusus dan kreatif daripada sekedar bisnis. Selain dibutuhin orang-orang, produk atau jasa yang ditawarin sebaiknya unik supaya bernilai lebih.

Rumusan itu tersimpulkan dari pemaparan awal LocalStartUpFest 2.0 2017 di Jakarta, Rabu (18/10). Pembicaranya, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Pesik dan founder Indonesia E-Commerce Association (idEA) Daniel Tumiwa.

Meski beda sesi, presentasi dua pembicara menyiratkan kalo tujuan bikin startups itu bukan cuma jualan tapi numbuhin usahanya. Setelah dikonfirmasi, seenggaknya ada 9 makna startups, seperti di bawah ini.

1. Startups itu duta investasi bangsa

©Genmuda.com/2017 TIM
Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik (tengah) paparkan kondisi startups di Indonesia. ©Genmuda.com/2017 TIM

Tanpa neko-neko, Ricky Pesik menganggap tiap startups sebagai duta investasi bangsa. “Jumlah startups di Indonesia banyak. Kalau dihitung, total investasi yang diterima juga berdampak bagus bagi perekonomian negara hingga triliunan rupiah,” kata Pak Ricky Pesik.

2. Start up itu punya produk bernilai tambah

Pak Ricky mengingatkan kalo cuma pengusaha yang ngasih nilai tambah pada jualannya yang bisa dibilang startups. Dia mencontohkan pengusaha kopi. “Biji kopi tidak termasuk produk startups karena itu barang baku. Itu komoditas. Kalau kopinya diolah dengan racikan tertentu atau dibungkus menarik, itu baru disebut produk startups karena bernilai tambah,” terang Pak Ricky.

3. Start up itu gak terbatas letak geografis

Produk start ups di Indonesia bisa digunakan orang luar Jakarta, begitu juga sebaliknya. Makanya, Bekraf punya program mempertemukan para startups dalam negeri dengan pemodal (VC, venture capital) atau pegiat usaha di luar negeri.

Pekerja startups di satu wilayah pun bisa berasal dari wilayah lain. Kerjanya bisa menetap di satu kantor, ataupun bebas di tempat lain.

4. Start up erat kaitannya sama teknologi

Karena itulah, startups erat banget kaitannya sama teknologi. Pada akhirnya, semua pengusaha harus melek teknologi supaya gak kelibas zaman.

5. Start up itu anak muda banget

©Genmuda.com/2017 TIM
Daniel Tumiwa, founder Indonesia Ecommerce Association. ©Genmuda.com/2017 TIM

Sementara itu, Pak Daniel Tumiwa bilang, startups adalah cerminan anak muda banget. Menurutnya, anak muda Indonesia itu males gerak, tapi kreatif.

“Bayangkan, deh. Ceritanya, Nadiem Makarim lagi main game lalu lapar. Dia malas banget jalan karena lagi nanggung. Dari situ, terciptalah Go Jek dengan fitur Go Food,” gurau Daniel dengan contoh khayalan.

6. Start up itu harus punya ide baru

Kepada Genmuda.com, Pak Daniel menegaskan, ide usaha startups haruslah ide baru. “Kalau hanya berupa ide pasaran tanpa inovasi, mana mungkin ada VC atau bank yang bersedia memodali,” tuturnya.

7. Start up itu menguji hipotesis terus-menerus

Tiap pengusaha startups pasti bikin rencana bisnis dan proposal permodalan yang susahnya melebihi proposal skripsi. Nantinya, gak semua penyedia modal mau mendanai ide tersebut.

“Tak perlu teralalu lama murung. Penolakan dari berbagai pemodal cuma berarti satu hal. Rencana bisnisnya harus diperbaiki hingga hasilnya sesuai minat dan kebutuhan pemodal,” tutur Daniel Sumiwa.

8. Start up itu bisnis yang beradaptasi

Setelah dimodali pun, bukan berarti proses bongkar-pasang rencana akan selesai. “Teknologi akan berkembang terus, begitu pula dengan kemungkinan bisnis yang tersedia. Tiap startups harus beradaptasi dengan semua perubahan itu supaya tetap bertahan,” kata Pak Daniel.

9. Start up bukan bisnis konvensional

©Genmuda.com/2017 TIM
Suasana area pameran StartupLocalFest 2.0 saat presentasi berlangsung di tiap kelas. ©Genmuda.com/2017 TIM

“Tujuan start ups memang bukan sekadar menjual produk tapi juga menumbuhkan usaha. Selain dengan inovasi, salah satunya dengan menerima modal,” kata Pak Daniel.

Dia melanjutkan, “Kalau model usahanya jualan, jualan, dan jualan, lebih baik jangan pakai istilah start ups. Jalankan saja usahanya dengan model bisnis seperti pedagang pada umumnya. Asalkan ada pembeli, usaha pasti tak rugi.” (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.