Jum'at, 19 April 2024

Genmuda – Sebagian besar dari Kawan Muda mungkin udah engga asing lagi sama kisah pasangan lansia yang meninggal hampir berbarengan kayak di film ‘The Notebook’. Tapi, kamu tahu engga? Mereka bisa jadi meninggal gara-gara patah hati.

Menurut hasil dari sebuah riset tentang pasangan suami istri lansia dan sebuah riset baru lainnya, fenomena semacam itu disebut sebagai sindrom patah hati. Para peneliti yakin kalau kesedihan gara-gara kehilangan pasangan bisa punya efek yang kuat pada kesehatan seseorang.

Nicholas A. Christakis dari Harvard University dan Felix Elwert dari University of Winconsin udah nganalisa data-data yang dikumpulin selama 9 tahun dari hampir 373.189 pasangan suami istri lansia di AS. Mereka secara khusus berfokus pada kapan dan kenapa masing-masing pasangan suami istri tersebut meninggal.

FYI, dalam jangka waktu 3 bulan setelah salah satu pasangan meninggal, kemungkinan pasangan lainnya buat nyusul bakal ikut meningkat. Riset terbitan tahun 2008 itu juga ngungkapin kalau pada pria yang istrinya meninggal duluan terjadi peningkatan semua penyebab kematian sebanyak 18 persen, sedangkan pada wanita terjadi peningkatan 16 persen.

Kematian pasangan, apapun alasannya, merupakan ancaman yang signifikan bagi kesehatan dan menimbulkan risiko kematian yang besar apapun penyebabnya,” demikian kesimpulan riset tersebut.

Tapi, kok bisa begitu? Jadi, dalam sebuah riset lain yang ngebahas soal gimana kita saling terhubung, Rollin McCraty selaku direktur peneliti di Institute of HeartMath, California udah mantauin apa yang terjadi pada detak jantung dari enam pasangan saat mereka tidur. Ternyata, saat para pasangan itu tidur berdampingan, detak jantung mereka jadi selaras dan bahkan hampir identik.

Saat orang-orang berhubungan selama 20, 30, 40, 50 tahun, mereka membuat semacam resonansi ko-energik satu sama lain. Mereka membuat pola ko-resonan. Apa yang terjadi saat dua orang tidur bersama selama 50 tahun? Apa yang terjadi saat salah satunya pergi?” kata Dr. Lee Lipsenthal, ahli rehabilitasi jantung.

Menariknya, sindrom patah hati alias takotsubo cardiomyopathy baru dikenali sebagai kondisi medis belum lama ini. Angela Kucia, dosen keperawatan senior di University of South Australia pun percaya kalau yang bikin orang-orang meninggal gara-gara patah hati itu bukan cuma hati, tapi juga otak dan hormon yang mirip adrenalin.

Sekarang kita tahu bahwa sebenarnya hati dan otak bersama-sama menyebabkan orang-orang meninggal karena patah hati setelah peristiwa stres mendadak. Kita tahu bahwa pemain terbesar dalam berkembangnya kondisi ini adalah apa yang disebut sebagai hormon mirip adrenalin yang kita dapat sebagai respon terhadap stres,” kata Kucia.

Nah, buat kamu yang sekarang aja udah kayak mau menghadap Yang Kuasa gara-gara diputusin mantan, mulai sekarang banyak-banyak doa dan kurang-kurangin gegalauannya ya. Kamu engga mau ‘kan mati muda gara-gara patah hati, Kawan Muda? (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer