Kamis, 28 Maret 2024

Genmuda – Kayaknya makin banyak aja budaya baru di negara kita ini. Kawan Muda pasti tahu atau sekedar pernah dengar kasus yang mencatut nama Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla dalam perpanjangan kontrak Freeport di tanah Papua. Tentunya ini bukan perkara enteng, kalau catut uang kembalian beli kecap atau rokok mungkin lain persoalan, tapi kalau udah menyangkut nasib banyak orang bisa kacau urusannya.

Persoalan catut-mencatut inilah yang kemudian jadi sorotan banyak netizen. Alasannya sih sederhana aja kok, katanya ada oknum wakil rakyat yang sengaja melicinkan deal-deal-an para pengusaha minyak dengan bos PT Freeport. Wah, ini dia fenoma budaya bangsa kita yang makin keblinger dan jangan dilanjutin.

Sebelumnya gue coba ajak lo tahu dulu apa sih arti kata ‘catut’. Dalam KBBI ca-tut berarti memperdagangkan (sesuatu) dengan cara yang engga sewajarnya dengan mengambil untung sebanyak-banyaknya. Soal barang dagangan di dunia percatutan ternyata engga cuma berurusan sama pedagang di pasar aja, negara kita ini seperti sedang dilego, mending untungnya dibagi rata, kalau cuma buat segelintir orang doang ya itu dia yang buat kita keki dan sulit jadi negara maju.

Awalnya PT. Freeport Indonesia punya pendantanganan kerjasama sejak tahun 1973 dengan durasi 30 tahun, tapi dari beberapa kali periode pemerintahan Orba sampai Reformasi (gue sendiri bingung kenapa panjangnya kontrak Freeport bisa ngalahin episode sinetron ‘Tersanjung’) Freeport terus beroperasi di Papua. Nah, dari catut-catutan dan aksi tipu-tipu inilah oknum DPR (katanya) kedapetan meminta Saham Freeport. Berapa gedenya? Yang jelas kalau dihitung hampir sama dengan sebungkus Nasi Uduk harga ceban buat satu pulau Jawa. (Lebay abis)

Kasus ini pun tercium oleh Menteri ESDM kita, Pak Sudirman Said, dan seketika jadi hot banget buat kita tahu. Ibarat lagu ‘Teka-teki’ punya Raisa, Presiden dan Wakilnya seperti engga mau ambil pusing. Seperti engga mau asal tuduh dan jadi baper, eh salah paham maksudnya. Keduanya sepakat biar kasus ini berjalan setelah ada laporan, fakta, dan titik terang. Akhirnya Pak Said, memberikan laporan tersebut kepada Majelis Kehormatan DPR pada Senin (16/11) tanpa memberikan siapa nama yang dimaksud kepada awak media.

Engga pakai lama, para netizen justru ngelihat kasus ini 11-12 dengan kasus Mama Minta Pulsa yang beranak pinak menjadi Papa Minta Saham. Hmm…serupa sih tapi engga sama. Kalau pelaku mama minta pulsa aja harus berurusan sama polisi, apalagi kalau papa mintanya saham freeport? Harus berusan sama siapa lagi ya menurut lo? Ya berdoa aja ada kebenaranya yang terungkap. *berpikir keras

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.