Selasa, 19 Maret 2024
Kekinian

BEWARE! Selain Indonesia, 10 Negara Ini juga Lagi Keki Berat sama Berita Hoax

via rappler.comPak Jokowi ngamuk gegara banyak banget berita hoax berseliweran. (Sumber: rappler.com)

Genmuda – Makin engga terkontrolnya penyebaran berita hoax dan hate speech bikin berbagai kelompok di Indonesia bertindak tegas. Bahkan berbagai negara juga khawatir sama perkembangan berita abal-abal di wilayahnya.

Tekad Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) keliatan ‘kebakar’ gara-gara kesebar berita masuknya tenaga Kerja Tiongkok secara besar-besaran. Waktu Pidato 5 Januari lalu, Pak Jokowi bilang itu berita bohong dan pengen menghukum situs penyebar gosipnya.

Dewan Pers Indonesia di hari itu juga bertekad ngeblokir semua situs berita engga terdaftar atau yang engga taat etika jurnalistik. Tenang. Genmuda.com yang jujur dan baik hati ini engga bakal diblokir kok.

Berbagai gerakan juga tumbuh di masyarakat, misalnya aja pemuda Nahdlatul Ulama (NU) yang lagi gencar bikin ‘narasi balik,’ atau informasi tandingan yang mengoreksi kabar hoax. Pada akhirnya, partai-partai politik bikin gerakan serupa.

Di negara lain, berbagai situs hoax dan hate speech juga ditanggulangi dengan cara serupa. Di bawah ini, adalah beberapa negara yang lagi gencar ngeberantas situs-situs berita palsu.

1. Jerman

via dailysignal.com
Hubungan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Kanselir Jerman Angela Merkel (kanan) makin engga akur karena berita hoax. (Sumber: dailysignal.com)

Kepolisian Jerman mengusut situs-situs palsu karena pada minggu kedua Januari beredar gosip soal niatan Rusia pengen malsuin hasil pemilu Jerman 2017. Buat Jerman, gosipnya bahaya banget karena bisa ngerusak hubungan Eropa-Rusia.

Sebelumnya, tepat di malam pergantian tahun, sebuah berita soal 1.000 orang dengan atribut Muslim ngebakar sebuah gereja di Jerman juga viral. Tentu aja, kedua beritanya hoax karena Polisi engga nemuin bukti pendukung.

2. Amerika Serikat

via cnn.com
Udah sulit banget nyari berita bukan hoax soal Trump dan Hillary. (Sumber: cnn.com)

Masa pemilu Amerika Serikat kemarin juga diwarnai kemunculan berbagai gosip dan hate speech soal kedua kandidat, Trump dan Hillary. Presiden Obama ketika itu cuma bisa minta warganya tenang dan engga terpancing emosi.

Kalangan intelektualnya justru yang getol ngelawan hoax. Mereka meneliti ratusan situs berita, ngedata situs abalnya, terus semua daftarnya dipublikasiin.

3. Korea Selatan

via japantimes.co.jp
Presiden Park Geun-hye. Namanya dicatut sekelompok hacker buat nyebar malware. (Sumber: japantimes.co.jp)

Akhir tahun lalu di Korea Selatan, kesebar email berisi link berita dengan judul “Presiden Park Geun-hye Mundur dari Jabatan.” Kabarnya emang bener. Sekarang, Geun-hye lagi diproses pengunduran dirinya.

Tapi, gadget yang ngebuka link itu langsung otomatis terjangkit malware perusak sistem. Warga diminta engga ngebuka linknya selama penyelidikan berlangsung.

4. Afrika Selatan

via cashkows.com
Thuli Madonsela, pejabat Public Protector Afrika Selatan. (Sumber: cashkows.com)

Hoax di Afrika Selatan (Afsel) meresap dalam ke masyarakat karena disajiin pake humor dan sensasi, padahal isinya cuma info palsu dan propaganda. Hingga kini, perusahaan media di sana selalu mengoreksi hoax yang beredar.

Seandainya berita palsu itu bener, berarti Thuli Madonsela, pejabat Public Protector Afsel udah ketembak sembilan kali dan Wi-Fi gratis khusus warga Nelson Mandela Bay harusnya udah ditutup. Padahal, keduanya masih sehat wal afiat.

5. Prancis

via officieldunet.com
Demonstrasi soal imigrasi di Prancis. (Sumber: officieldunet.com)

Warga Prancis punya istilah tersendiri buat nyebut berbagai berita hoax, yaitu fachosphère. Facho adalah kata ‘gaul’ nyebut ‘fasis.’ Apa itu fasis? Fasis adalah sistem politik tertutup yang anggep jelek sistem lain. Hitler adalah salah satu tokoh fasis.

Berbagai situs hoax di Prancis secara engga langsung ngajak orang supaya anti imigrasi dan anti warga non kulit putih. Berdasarkan penyelidikan polisi, situsnya dikelola sama pihak-pihak non-pemerintah.

6. Myanmar

via cloudinary.com
Di Myanmar, Facebook adalah sumber berita utama. (Sumber: cloudinary.com)

Pola penyebaran hoax di Myanmar terjadi karena warganya kebanyakan buka Facebook tanpa punya bekel soal kebebasan berpendapat. Sebelum tahun 2014, Myanmar kan dipimpin pemerintahan otoriter dan engga terlalu mentingin keterbukaan informasi.

Akibat terus-terusan dijejelin berita dari rezim pemerintah, warganya menganggep semua info yang ada di Facebook adalah fakta. Padahal, justru medsos itu adalah sarangnya pendapat publik.

7. Australia

via abc.net.au
Demonstrasi anti makanan halal di Australia. (Sumber: abc.net.au)

Facebook juga jadi penyebar hoax utama di Australia. Isu soal makanan halal dan terorisme adalah bahasan yang biasa dipelintir, bahkan sama politisi Australianya sendiri.

Pada akhirnya, tercipta grup The Boycott Halal, grup anti makanan halal di Facebook dan diikuti lebih dari 100 ribu anggota. Setelah ditegur, beberapa postingan terlalu kasar grup itu dihapus tapi daftar anggotanya masih bertahan.

8. Italia

via independent.co.uk
Pemimpin Gerakan Bintang Lima Italia menyapa pengikutnya. (Sumber: independent.co.uk)

Sementara itu, Twitter jadi sarangnya berita hoax di Italia. Kredibilitas pemerintahannya Perdana Menteri Matteo Renzi diserang abis-abisan sama akun Twitter bernama “Beatrice di Maio.” Bahkan, pada 2015 akunnya engga segan-segan memfitnah salah satu menteri berkorupsi.

Pemerintah Italia akhirnya menginvestigasi berbagai situs dan akun medsos penyebar hoax dan nyimpulin kalo Gerakan Bintang Lima, sebuah gerakan anti pemerintah yang jadi dalangnya.

9. Brazil

via rssing.com
Dilma Rousseff, mantan presiden Brazil yang dituduh mengundurkan diri karena kudeta lawan politik. (Sumber: rssing.com)

Dilma Rousseff mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden Brazil sekitar Agustus lalu. Beberapa hari kemudian, tersebar kabar kalo pengunduran diri beliau karena kudeta diam-diam lawan politiknya.

Hoaxnya laris manis dan disebar sampe 90.150 kali. Kejadian itu bikin Tai Nalon, salah seorang wartawan koran senior Brazil ngundurin diri dan bikin situs Aos Fatos, situs pengecekan fakta pertama Brazil.

10. India

via huffingtonpost.ca
Uang 2.000 rupee katanya ada penyadapnya. Yakali dah. (Sumber: Huffingtonpost.ca)

Hoax paling viral yang ada di India adalah seputar chip pengawas yang dipasang di tiap lembar uang 2.000 rupee. Kabarnya tersebar ke sekitar 50 juta penduduk India utamanya lewat whatsapp.

Kegehgeran warga akhirnya mereda waktu bank sentral India mengonfirmasi kebohongan kabarnya. Uang barunya terbuat dari kertas dan sama sekali engga ada chip, kamera, ataupun mikorofon yang bisa memata-matai warga sendiri. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.